Membeli Kesuksesan dengan Sedekah
Ustadz Yusuf Mansur (Bapak Sedekah)
http://tomb-down.blogspot.com/2011/09/membeli-kesuksesan-dengan-sedekah.html
“Mengapa
seseorang selalu merasa kurang secara penghasilan? Mungkin karena ia
kurang sedekah!” buka Ustad Yusuf Mansur malam itu. Beliau melirik
sekelilingnya. Wajah-wajah muda, dengan tatapan penuh semangat tengah
duduk mengelilinginya. Mereka adalah 20 besar kontestan eliminasi
Mimbar Dai TPI. Mereka tekun menyimak penuturan ustad pendiri Wisata
Hati Coorporation itu. Malam itu, tanggal 12 Juli 2005, Ustad Yusuf
mendapat kesempatan memberikan pembekalan atau pelatihan bagi para dai
muda di Asrama Haji Pondok Gede, Bekasi. Acara yang diselenggarakan
habis Isya sampai pukul 21.00 itu, berlangsung cukup seru. Dilengkapi
beberapa games, salah satunya berupa simulasi dengan selembar kertas,
yang mengundang tanya peserta. Banyak orang yang memiliki penghasilan
besar, namun selalu merasa tidak cukup. Bahkan tidak jarang pengeluaran
mereka lebih besar dari penghasilan yang didapat. Mungkin diri kita
pernah merasakan demikian. Maka instropeksilah, mungkin sedekah yang
kita keluarkan terlalu sedikit, sehingga berkah yang Allah berikan juga
sekedarnya. Padahal dalam surat Al An’am ayat 160, Allah sudah janji
akan melipatgandakan pahala sampai 10 kali lipat bagi mereka yang
berbuat kebaikan. Jadi sebetulnya kita tak perlu ragu untuk menyisihkan
penghasilan bagi mereka yang membutuhkan. 1 – 1 = 10, itulah ilmu
sedekah. Banyak kejadian dibalik fenomena keajaiban sedekah.
Dalam
kesempatan tersebut, Ustad Yusuf memaparkan beberapa kisah yang Insya
Allah mampu meningkatkan keyakinan kita, bahwa Allah pasti akan
meliptrgandakan pahala-Nya, bila kita sedekah. Contohlah sebuah kisah
tentang seorang supir yang mengeluh karena gajinya terlalu kecil.
“Supir
ini datang ke Klinik Spiritual dan Konseling Wisata Hati. Dia bilang
gajinya cuma 800 ribu, padahal anaknya lima! Ia ingin gajinya jadi 1,5
juta!” ujar Ustad Yusuf sambil duduk bersila di permadani.
Dengan
bijak, Ustad Yusuf mengajak supir itu mensyukuri terlebih dahulu apa
yang telah didapatkannya selama ini. Kemudian ia menunjukkan surat Al
An’am 160 dan surat 65 ayat 7, mengenai anjuran bagi yang kaya untuk
membagi kekayaannya dan yang mampu membagi kemampuannya.
Supir
itu lantas bertanya,”Kapan ayat-ayat itu dibaca dan berapa kali,
Ustad?” “Nah, inilah kelemahan orang kita,” potong Ustad Yusuf sejenak,
“Qur’an hanya untuk dibaca!”
Agak
kesal dengan pertanyaan sang supir, Ustad Yusuf menyuruhnya segera
berdiri. Kemudian ia bertanya, ”Maaf… boleh saya tanya pertanyaan yang
sifatnya pribadi? ”Supir itu mengangguk. “Nggak bakal tersinggung?”
Kembali supir itu mengangguk. “Bawa duit berapa di dompet?” desak Ustad
Yusuf. Supir itu mengeluarkan uangnya dalam dompet, jumlahnya seratus
ribu rupiah. Langsung Ustad Yusuf mengambilnya. “Nah, uang ini akan
saya sedekahkan, ikhlas?”
Supir
itu menggaruk-garukkan kepalanya, namun sejurus kemudian mengangguk
dengan terpaksa. “Dalam tujuh hari kerja, akan ada balasan dari Allah!”
“Kalau nggak, Ustad?” “Uangnya saya kembaliin!”
Mulailah
sejak itu ia menghitung hari. Hari pertama tidak ada apa-apa, demikian
pula hari kedua, bahkan pada hari ketiga uangnya hilang sejumlah 25
ribu rupiah. Rupanya ketika ditanya Ustad Yusuf tempo hari, sebenarnya
ia bawa uang 125 ribu rupiah, namun keselip.
Pada
hari keempat supir itu diminta atasannya untuk mengantar ke Jawa
Tengah. Selama empat hari empat malam mereka pergi. Begitu kembali,
atasannya memberikan sebuah amplop, “Ini hadiah istri kamu yang
kesepian di rumah,” begitu katanya.
Ketika amplop itu dibuka, Subhanallah…. Jumlahnya 1,5 juta rupiah. Para dai muda yang menyimak cerita itu terkagum-kagum.
Kemudian
ustad Yusuf bertanya, “Siapa yang belum nikah?” serentak hampir semua
peserta mengacungkan tangan dengan semangat, seraya bergurau. “Nah,
selain untuk memanjangkan umur, mengangkat permasalahan, sedekah juga
mampu membuat orang yang belum kawin jadi kawin, dan yang udah kawin…”
“Kawin lagi???” jawab beberapa peserta, kompak! Ustad Yusuf tertawa,
“Yang udah kawin… makin sayang…”
Lalu
mengalunlah sebuah cerita lain. Ada seorang wanita berusia 37 tahun
yang belum menikah mengikuti seminarnya. Setelah mendengarkan faedah
sedekah, wanita itu lantas pergi ke masjid terdekat dari rumahnya dan
bertanya pada penjaga masjid itu, “Maaf, Pak… kira-kira masjid ini
butuh apa? Barangkali saya bisa bantu…” “Oh, kebetulan. Kami sedang
melelang lantai keramik masjid. Semeternya 150 ribu…” Wanita itu
menarik sejumlah uang dari sakunya, yang berjumlah 600ribu. Tanpa pikir
panjang ia membeli empat meter persegi lantai tersebut,”Mudah-mudahan
hajat saya terkabul…” harapnya.
Subhanallah… Allah menunjukkan keagungan-Nya. Minggu itu juga datang empat orang melamarnya! “Itulah sedekah!”
Ustad Yusuf menantang mata peserta,”Sulit akan menjadi mudah, berat menjadi ringan… asal kita sedekah!”
Sebuah
kisah unik lainnya terjadi. Suatu hari, seorang wartawan mengajak
Ustad Yusuf ke Semarang, hanya untuk berpose dengan sebuah mobil
Mercedez New Eyes E 200 Compresor baru. Tak ada yang istimewa dengan
mobil itu kecuali harganya yang mahal, sekitar 725 juta rupiah, dan…
mobil itu milik seorang tukang bubur keliling!
Loh,
bagaimana bisa seorang tukang bubur punya mercy? Bisa aja kalau Allah
berkehendak. Tukang bubur itu tentunya tak pernah bermimpi bisa
memiliki sebuah mobil Mercedez baru. Namun kepeduliannya kepada orang
tua, justru membuatnya kejatuhan bulan.
Karena
orang tuanya ingin naik haji, tukang bubur itu giat sedekah. Ia
sengaja menyediakan kaleng kembalian satu lagi, khusus uang yang ia
sedekahkan. Yang kemudian ia tabung di sebuah bank. Ketika tabungannya
itu telah mencapai 5 juta, ia mendapatkan satu poin memperebutkan
sebuah mobil mercy. Dan si tukang bubur itulah yang memenangkan hadiah
mobil tersebut.
Karena
tak mampu membayar pajaknya sebesar 25%, seorang ustad bernama Hasan,
pemilik Unisula, membantunya. Maka, jadilah mobil itu milik tukang
bubur.
Kisah
terakhir, tentang hutang 100juta yang lunas hanya dengan sedekah 100
ribu rupiah. Orang ini mendengarkan ceramah seorang ustad yang
mengatakan, kalau sedekah itu dapat membeli penyakit, dapat membayar
hutang, dan dapat menyelesaikan masalah. Teringat hutangnya sejumlah
100 juta, ia menyedekahkan uang yang ada, sebesar 100 ribu.
Dalam
hatinya ia berharap hutangnya dapat cepat lunas. “Dan… Allah
mengabulkan doanya secepat kilat. Begitu pulang dari pengajian, saat
menyebrang jalan, orang itu tertabrak mobil dan lunaslah hutangnya!”
seru Ustad Yusuf berapi-api.
Semua
peserta melongo kemudian tertawa. Hampir semua menebak orang itu
meninggal, sehingga si pemilik piutang mengikhlaskan hutangnya.
“Nggak!”
koreksi Ustad Yusuf cepat, “Dia cuma pingsan. Kebetulan yang nabrak
orang kaya. Selain dibawa ke rumah sakit, dia juga melunasi hutangnya!”
Itulah…
Allah punya cara tersendiri untuk menolong hamba-Nya. Selain
memberikan materi tentang sedekah, Ustad muda berkulit putih ini juga
memberikan masukan dan saran tentang bagaimana tampil yang baik di
hadapan audience (baik di televisi ataupun di ruangan), di antaranya
mengajarkan teknik memotong materi (untuk commercial break) yang baik,
sehingga pemirsa televisi enggan mengganti saluran dan tetap menunggu
sampai iklan berakhir, lalu cara melibatkan emosi audience, melibatkan
orang sekitar acara (baik outsider, maupun insider), intonasi suara,
melakukan atraksi menarik, dan sebagainya.